Menaklukkan Waktu

Deskripsi

Buku ini dipersembahkan kepada mereka yang memiliki komitmen kuat untuk menghidupkan tradisi keilmuan Islam yang dinamis, dengan kegigihan yang luar biasa dalam melakukan pencarian terhadapnya, dan keteguhan yang istimewa dalam berpegang teguh padanya, dan kesadaran yang sesungguhnya akan pengamalannya di dunia nyata. Karena hanya dengan komitmen yang komplet seperti inilah kejayaan Islam sebagai peradaban ilmiah bisa diwujudkan (kembali).

Buku ini bukan seperangkat teori yang penuh dengan asumsi-asumsi, sesak oleh proposisi-proposisi, ataupun ribet oleh hipotesis-hipotesis. Jadi ketika membaca buku ini, pembaca tidak perlu mengernyitkan dahi, karena di sini tidak ada teori apapun yang sampai menguras pikiran, apalagi sampai menguras tenaga. Pembaca mesti santai dan enjoy ketika menikmatinya lembar demi lembar, karena buku ini hanya berisi kisah-kisah nyata, dan pengalaman pribadi sebagian kecil dari ulama Islam yang begitu menghargai waktu dan memiliki semangat luar biasa dalam mencari ilmu.

Selain tidak ada teori-teori yang berat, kisah-kisah atau cerita-cerita yang tertuang di sini juga tidak pernah menjejali para pembaca dengan khotbah-khotbah yang menjemukan. Tapi dalam setiap kisah pasti ada hikmah, ‘ibrah, atau mau‘izhah. Di sinilah hebatnya kisah. Fakta bahwa di dalam al-Qur’an terdapat begitu banyak kisah, telah lebih dari cukup untuk memperkuat pernyataan bahwa kisah menyimpan daya ketuk yang luar biasa; kemampuan dan inner power yang lebih dari sekadar bercerita.

Bagi mereka yang menghargai waktu lebih dari sekadar materi, ungkapan yang paling tepat digunakan adalah ini: “waktu adalah hidup!”.

Maka siapa saja yang telah menyia-nyiakan waktunya, sama artinya dia telah menyia-nyiakan hidupnya. Dan jika hidupnya telah tersia-siakan, maka tak ada arti apapun bagi hidupnya di dunia ini. Dan jika hidupnya sudah tidak memiliki arti, maka tak ada bedanya antara kehidupan dan kematiannya, karena keduanya sama-sama tak berguna. Di sinilah waktu benar-benar telah membunuh orang yang telah menyia-nyiakannya. Orang yang menyia-nyiakan waktu benar-benar telah mati justru pada saat dia masih hidup! Betapa naifnya.